||www.beritakapuas.com||Kebutuhan komoditi peternakan di Sintang, sebagian besar masih
dipasok dari luar kabupaten. Hal ini disebabkan karena produktifitas lokal yang
belum mampu memenuhi kebutuhan Kabupaten Sintang secara penuh. Padahal
kebutuhan Kabupaten Sintang mulai dari komoditi daging sapi, ayam, serta telur,
bisa dibilang sangat banyak.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Sintang, Wiryono, mengatakan bahwa untuk kebutuhan sapi, dalam sehari
dibutuhkan 6 sampai 8 ekor. Kebutuhan ini akan melejit saat hari hari besar,
seperti Idul Fitri maupuan Idul Adha. Wiryono mengatakan, 80 persen pasokan
sapi di Sintang berasal dari luar Kabupaten Sintang, selebihnya produksi lokal.
“ Hampir semua komoditi ternak didatangkan dari luar
Sintang, baik itu sapi, kambing, ayam, dan telur. Ada yang mengambil dari
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pengusaha bilang kalau ambil dari sana
biayanya lebih murah , ” ungkap Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Sintang, Wiryono.
Meski produksi sapi lokal belum mampu mencukupi kebutuhan di
daerah sendiri, namun pihaknya berupaya agar kebutuhan daging sapi di
masyarakat tetap terpenuhi. Monitoring serta koordinasi intens dengan pengusaha
terus dilakukan agar ketersediaan daging sapi terpenuhi.
Sementara untuk kebutuhan telur, lanjut Wiryono, juga masih
didominasi dari luar daerah. Hampir 100 persen kebutuhan telur dipasok dari
Singkawang. Padahal dalam sehari, kebutuhan telur di Sintang mencapai 15 sampai
20 ton.
“ Kebutuhan itu akan melonjak saat hari hari besar.
Sementara produksi lokal hanya mampu memasok kurang lebih 200 kg per hari , ”
terang Wiryono lagi.
Berbeda dengan sapi dan telur, pasokan ayam dan kambing
lebih banyak berasal dari produksi lokal. Untuk kebutuhan ayam, menurut Wiryono,
Sintang telah membangun kemitraan yang melibatkan inti dan plasma. Hasilnya, 80
persen kebutuhan ayam di Sintang berasal dari lokal, sementara 20 persen di
antaranya dipasok dari luar daerah. Untuk per harinya, kebutuhan ayam di
Sintang mencapai 5 ribu sampai 6 ribu ekor.
Sementara itu, anggota DPRD Sintang, Tuah Mangasih
mengatakan, komoditi pasar seperti telur, ayam, sapi dan lain lain merupakan
kebutuhan utama masyarakat. Diakuinya memang, sehari hari untuk kebutuhan di
Sintang masih banyak yg didatangkan dari luar, bahkan beberapa jenis sayur
mayur juga ada yang dari luar.
“ Peluang ini sebenarnya harus dilirik oleh masyarakat
sebagai peluang usaha keluarga, untuk menambah income ekonomi masyarakat , ”
ujar Tuah Mangasih.
Menurut Tuah Mangasih, masyarakat bisa ambil skala rumah
tangga dulu, sambil belajar. Pemerintah juga harus hadir dengan memberikan
pembinaan dan penyuluhan. Tapi entah kenapa, dikatakannya banyak yang belum
tertarik. Maka dari itu peran Pemkab melalui dinas terkait, bagaimana solusinya
agar bisa memotivasi masyarakat untuk mengambil peluang itu, dan bertindak sebagai
pelaku bisnis.
“ Pilihlah bidang yang pas, misalnya menjadi peternak ayam
petelur maupun peternak ayam pedaging. Tenaga penyuluhkan sudah ada, bahkan
cukup banyak di Sintang ini, manfaatkan itu , ” kata Tuah Mangasih kembali.
Ia juga berharap, masyarakat ulet dan aktif, dan tentunya
pemerintah juga harus terus mendorong tumbuhnya industry industri kecil ( home
industry ).
“ Bila ini berjalan dengan baik, tentu ke depannya Kabupaten
Sintang tidak perlu datangkan komoditi dari daerah lain lagi untuk kebutuhan
komoditi pasar , ” pungkas Tuah Mangasih.
Apabila Kabupaten Sintang telah mampu mencukup kebutuhan
komoditi ternaknya sendiri, maka diyakini harga harga komoditi komoditi
tersebut akan jauh lebih murah. Dengan demikian masyarakat Sintang dapat lebih
mudah mendapatkannya. Sehingga, untuk memperoleh hidup sehat dan gizi seimbang
tidak perlu mengeluarkan biaya mahal.
( Rz )