||www.beritakapuas.com||Secara umum, kondisi minat baca bangsa Indonesia memang
cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi " Most Littered Nation In the
World " yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret
2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal
minat membaca.
" Harus dimulai dari rumah. Mungkin mereka yang baru
berkeluarga sudah mulai menanamkan budaya itu. Pergunakan waktu berkumpul untuk
membaca paling lama 1 jam, dan mungkin bisa melakukan diskusi setelahnya.
Memang sulit, tapi kalau dicoba saya pikir bukan suatu kesulitan , "
demikian anjuran Jeffray Edward, Ketua DPRD Kabupaten Sintang Jeffray Edward,
Senin ( 29 / 04 /19 ).
Jeffray mengakui jika membaca belum jadi budaya di
Indonesia. Namun hal tersebut bukanlah halangan untuk memasyarakatkannya sejak
usia dini. Dirinya sangat terobsesi dengan budaya orang Jepang yang menempatkan
membaca sebagai bagian dari budaya.
" Jadi saya sangat terobsesi budaya itu. Kalo di
Indonesia budaya adalah hal hal yang turun temurun dari nenek moyang. Tapi
kalau Jepang memasukkan membaca sebagai budaya turun temurun , " ungkap
Jeffray.
Pembudayaan kegemaran membaca harus ditanamkan dan dilatih
pada anak anak sejak dini serta berkelanjutan dalam kondisi yang kondusif,
harmonis dan komunikatif. Bahkah kemampuan berkomunikasi pada siapapun harus
diawali dengan kegemaran membaca.
" Ditambah lagi dengan era digital di mana kita bisa
mencari bahan bacaan apa saja, namun membaca buku akan lebih baik lagi karena
tak akan terhalang apapun , “ ujar Jeffray.
Minat baca Indonesia persis berada di bawah Thailand ( 59 )
dan di atas Bostwana ( 61 ). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk
mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas Negara negara Eropa.
" Tapi seiring berjalannya waktu, minat baca masyarakat
semakin meningkat , “ harap Jeffray.
Meski tidak signifikan, tapi pada tahun 2017 persentasenya
mencapai 37 persen. Sedangkan di tahun 2018, kenaikan yang siginifikan terjadi
di tengah masyarakat Indonesia yang terus sadar akan pentingnya membaca.
“ Faktornya itu karena masyarakat semakin membutuhkan
informasi yang lebih luas , " ujar Jeffray.
Selain itu, kita juga punya Perda tentang perpustakaan yang
tentunya semakin banyak wadah bagi masyarakat untuk membaca. Jeffray berharap, melalui
dinas terkait bisa dilakukan cara untuk menumbuhkan minat baca, misalnya dengan
mewajibkan 1 jam di sekolah untuk membaca. Namun itu sebaiknya dilakukan di
tingkat dasar.
( Rz )