WWW.BERITAKAPUAS.COM||SINTANG. Pemda Sintang bekerjasama dengan Solidaridad mengadakan acara workshop pengembangan agroforestry pada area penggunaan lain (APL) sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Sintang, di Aula CU Keling Kumang Sintang, Selasa (01/10/2019).
Kegiatan ini dilatar belakangi oleh bencana asap yang meluas pada tahun 2019. Perlu adanya kolaborasi pemerintah, organisasi non pemerintah dan masyarakat, salah satunya dengan melakukan penerapan agroforestri berbasis masyarakat. Parahnya kabut asap yang melanda Sintang beberapa pekan lalu cukup menggerakkan banyak elemen masyarakat untuk berembuk mencari cara menangani dan mengantisipasinya dimasa depan.
Kegiatan ini merupakan pengelolaan penanaman beragam pepohonan di suatu kawasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai program agroforestri yang akan dilakukan tahun 2020. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Sintang dengan Solidaridad.
Peserta terdiri dari perwakilan 16 desa, 10 kelompok, dari 5 kecamatan. Ada Kecamatan Kelam Permai, Dedai, Kayan Hilir, Tempunak dan Sepauk.
Kegiatan ini merupakan pengelolaan penanaman beragam pepohonan di suatu kawasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai program agroforestri yang akan dilakukan tahun 2020. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Sintang dengan Solidaridad.
“solidaridad Indonesia telah membangun dan menjalankan beberapa kemitraan di Sintang, salah satunya ialah program Insiatif Pemerintah untuk petani berkelanjutan dan ramah iklim atau yang kita sebut NISCOPS,” kata Billy selaku pimpinan program Solidaridad di Kabupaten Sintang. “dalam program ini kami berorientasi pada proses menciptakan ekonomi berkelanjutan dan inklusif untuk memberikan manfaat sebesarnya terhadap masyarakat lokal tanpa mengabaikan aspek berkelanjutan lingkungan,” tambahnya.
Bupati Sintang, dr. Jarot Winarno, M.Med.PH juga turut hadir dalam acara tersebut. Bupati menyampaikan pemikirannya bahwa pembangunan berkelanjutan itu adalah menyeimbangkan antara ekonomi, adat budaya dan lingkungan hidup.
"Tahun ini harus kita akui bahwa kita lalai, sehingga kegiatan membakar ladang sudah tidak mengikuti aturan yang kita buat. Hutan kita tidak mungkin habis dibakar untuk ladang," papar dr. Jarot.
Di Sintang, ada beberapa zona hutan yang mengalami kondisi kritis misalnya di Bukit Bang dan di Kempas Raya. Hal yang menjadi kekawatiran besar pemerintah ialah apabila pengerjaan ladang berpindah yang tidak sesuai aturan akan memproduksi asap yang luar biasa sehingga berdampak pada khalayak ramai.
"Kitai tuk bah dah dipulah aturan, kalau kitai mengikuti dengan baik,kita madah petugas lalu tidak membakar lebih dari 10 Hektar dalam sehari, pasti kejadian seperti kemarik yak nda terjadi bah ," kata dr. Jarot lagi dengan bahasa dan dialek Désa. Para peserta terlihat mengangguk-angguk tanda setuju.
Menurut Bupati tata cara alternatif yang disampaikan oleh pemerintah masih kurang contoh nyata sehingga minat masyarakat untuk merubah cara tanam belum tinggi. Selain itu ada model agroforestri menjadi alternatif lain untuk menunjang hidup masyarakat. Supaya masyarakat dapat menggantungkan kehidupannya dari hasil hutan non kayu.
"Supaya kita bisa harmoni hidup dengan alam kita, hutan terjaga, hidup terjamin," tegas dr. Jarot. (INA).